Apa yang unik dari sebuah kota? Banyak yang bilang makanan khasnya, tempat wisatanya bahkan gadis-gadisnya. Ehm. Kalau yang terakhir, saya tidak begitu paham. Biasanya peliput pria lebih pandai menjabarkannya. Sayangnya, kali ini tim peliput hanya terdiri dari kami, empat perempuan, kecuali adik-adik saya dan ayah saya.
Di Ponorogo, salah satu tempat wisatanya yang terkenal adalah Telaga Ngebel. Telaga ini konon memiliki beberapa pamali atau larangan bagi para pengunjungnya. Telaga yang terletak di timur kota ini menawarkan sejumlah oleh-oleh cerita maupun cinderamata seusai tim kami kembali ke tengah kota.
Kami memulai perjalanan sekitar pukul 7.30 pagi dengan menumpang mobil ayah dengan persiapan seadanya. Melintasi kecamatan Jenangan, kami terus melaju melawan laju matahari yang cukup terik hari itu. Setelah melewati Desa Semanding, mata kami dibuai oleh pemandangan sawah yang terhampar hijau merata di kanan kiri jalan yang kami lewati. Betul-betul terapi bagus bagi mata lelah.
Setelah sekitar setengah jam perjalanan dari rumah saya ke Desa Ngebel, sampailah kami disana. Sebelum parkir, terlebih dulu kami memutari Telaga Ngebel sampai dua kali. Masalahnya, salah satu adik saya merengek meminta berputar dua kali hanya untuk mengulang lagi kegiatan potret-memotretnya di setiap perhentian di pinggir telaga. Baik, kali ini kami satu tim mengalah.
Setelah berhenti, tim kami turun dan ditinggalkan ayah saya untuk mencari tempat parkir. Disekeliling kami, ramai sekali orang yang sedang menikmati liburan Lebaran mereka. Kebanyakan para pasangan, tua maupun muda.
Nah, ada satu mitos tentang pengunjung Telaga Ngebel yang berpasangan seperti pada waktu itu. Konon, jika ada pasangan yang datang kesana dan bermesraan di sana, hmm…akan ada malapetaka yang terjadi ketika mereka pulang ke rumah. Percaya atau tidak?
Udara di sekitar Telaga Ngebel memang lumayan dingin. Tak heran, yang banyak dijual disana adalah makanan-makanan berkuah hangat seperti bakso atau cemoe. Tidak ada makanan khas Ponorogo, yaitu sate ayam, yang spesial dijual di sekitar Telaga Ngebel. Jadi, jika ingin menemukan makanan khas Ponorogo, datang saja ke tengah kotanya. Karena pusatnya malah ada di tengah kota.
Ingin laporan lengkap tentang wisata kulinernya? Tunggu edisi mendatang!
(di atas tuh tugas feature gue buat pelajaran bahasa Indonesia. Hehe...amatiran banget yak?! Komen-komen juga boleh lho...)