Oke, postingan kali ini bakalan agak berat, cuy…gue mau ngomongin soal p-o-l-i-t-i-k. Politik.
Jadi, inilah naskah ringkas presentasi gue buat tugas bahasa Indonesia besok.
***
“Kontroversi ‘Agresi Politik’ Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Megawati Soekarno Putri”
Berbagai media cetak maupun media elektronik, akhir-akhir ini banyak membahas dan menayangkan pidato Ibu Megawati Soekarnoputri dalam Rakernas VI PDI-P di Solo, 27 Januari lalu sebagai headline berita mereka. Dalam pidato tersebut, putri proklamator Indonesia tersebut menyebutkan bahwa pemerintahan SBY-JK sekarang ini sama dengan permainan yoyo yang biasa dimainkan anak-anak. Berdasarkan beberapa sumber yang dikumpulkan, hal ini disusul dengan pernyataan tentang ketidakstabilannya pemerintah SBY-JK.
Juru bicara kepresidenan, Andi Mallarangen pun sempat menanggapi pidato 50 menit Ibu Mega tersebut. Begitu pula dengan Presiden SBY yang menjawab kritikan tersebut pada beberapa hari berikutnya dalam satu event di Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fitrah, Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, Rabu 28 Januari 2009 lalu dalam bentuk pantun :
Terhampar luas sawah-sawah dibajak
Padi subur penuh buah harapan para petani
Mencari-cari kesalahan bukan sifat yang bijak
Tiadalah yang sempurna dalam kehidupan ini
Memanas.
Tentu itulah yang orang-orang banyak simpulkan dari keadaan politik kita kini, jika bercermin pada kejadian balas kritik kedua tokoh besar politik nasional tersebut. Menjelang Pemilu Presiden 2009 yang akan dilaksanakan 9 Juli mendatang, tampaknya hal ini akan terus berkelanjutan. Bahkan, kemungkinan besar tidak hanya dari kedua tokoh tersebut, namun juga dari capres dan cawapres lainnya. Menarik, bukan?
Entah apa yang kedua tokoh politik besar kita ini maksudkan dengan melakukan semacam ‘agresi politik’ seperti itu. Membangun image-kah? Atau menjatuhkan lawan politik? Tentunya, apapun maksud dan tujuan mereka, hal ini telah memancing kontroversi publik, apalagi yang berasal dari kedua kubu partai pendukung dua tokoh ini, Partai Demokrat dan PDI-P.
Memang, dalam hal politik, hal-hal semacam ‘agresi politik’ seperti di atas sangat lumrah dilakukan. Dalam Pilpres 2004 lalu pun, suami Ibu Mega, Taufik Kiemas pun melakukan hal yang hampir mirip dengan apa yang terjadi sekarang. Ini mengesankan bahwa, apapun tidak dianggap tabu dilakukan oleh para pelaku politik untuk memuluskan jalan kekuasaan ataupun untuk meraih massa sebanyak-banyaknya.
Ada satu lagi pernyataan Ibu Mega yang cukup menggelitik telinga kita, para penonton panggung politik. Pernyataan ini pernah dilontarkan beliau pada pertengahan 2007. Ibu Mega menuding SBY hanya berjanji setinggi langit, pencapaian hanya sampai di kaki bukit. Gaya yang hampir sama dengan yang beliau lancarkan beberapa hari yang lalu.
Ya, berbagai manuver politik yang dilancarkan para elit politik kita ini, sedianya kembali kepada kita, penontonnya, untuk menilai sendiri. Memilih pemimpin yang betul-betul tebar kinerja atau memilih pemimpin yang hanya tebar pesona, seperti kata Ibu Mega. Siapa yang kita pilih, adalah satu langkah yang akan mempengaruhi masa depan Indonesia selanjutnya.
***
Jadi, bagaimana menurut Anda? Aduh, gue ngerasa aneh ngomong pake bahasa Anda. Hehe…
Siapa suka berpolitik? Sebenernya gue nggak juga sih. Tapi berhubung itu tugas sekolah, gue kerjain aja. Sekalian gue post disini, buat ngisi cerita gara-gara akhir-akhir ini gue macet ide.
Oh ya, gue mulai hari ini dapet pelajaran tambahan, semacam les gitu di sekolah. Jadi pulangnya sekarang jam setengah 5 sore, dan sekarang gue rasa sendi gue pada mau prothol semua! Wadoooo!!! Badan gue pegel semua!!!
Well, see ya soon, people!
_love.phobia_